Selasa, 12 April 2011

Masalah Pokok Pembangunan Indonesia

DUALISME DAN KEPEMIMPINAN/PERATURAN

Dualisme adalah ajaran atau aliran/faham yang memandang alam ini terdiri atas dua macam hakekat yaitu hakekat materi dan hakekat rohani. Kedua macam hakekat itu masing-masing bebas berdiri sendiri, sama azazi dan abadi. Perhubungan antara keduanya itu menciptakan kehidupan dalam alam Contoh yang paling jelas tentang adanya kerja sama kedua hakekat ini adalah terdapat dalam diri manusia.


Dualisme kepemimpinan yang sesungguhnya tidak dikehendaki dalam alam demokrasi. Tugas dan kewenangan pemerintahan yang mengatur urusan publik, seperti sistem politik dan birokrasi pemerintahan, penegakan hukum, keuangan dan moneter, sistem pertahanan dan keamanan adalah urusan publik yang tidak kebal dari pengawasan institusi demokrasi yang rasional. 


Kepemimpinan adalah proses memengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi.Cara alamiah mempelajari kepemimpinan adalah "melakukanya dalam kerja" dengan praktik seperti pemagangan pada seorang senima ahli, pengrajin, atau praktisi. Dalam hubungan ini sang ahli diharapkan sebagai bagian dari peranya memberikan pengajaran/instruksi.

Kepemimpinan Yang Efektif

Barangkali pandangan pesimistis tentang keahlian-keahlian kepemimpinan ini telah menyebabkan munculnya ratusan buku yang membahas kepemimpinan.Terdapat nasihat tentang siapa yang harus ditiru (Attila the Hun), apa yang harus diraih (kedamaian jiwa), apa yang harus dipelajari (kegagalan), apa yang harus diperjuangkan (karisma), perlu tidaknya pendelegasian (kadang-kadang), perlu tidaknya berkolaborasi(mungkin), pemimpin-pemimpin rahasia Amerika (wanita), kualitas-kualitas pribadi dari kepemimpinan (integritas), bagaimana meraih kredibilitas (bisa dipercaya), bagaimana menjadi pemimipin yang otentik (temukan pemimpin dalam diri anda), dan sembilan hukum alam kepemimpinan (jangan tanya).Terdapat lebih dari 3000 buku yang judulnya mengandung kata pemimipin (leader). Bagaimana menjadi pemimpin yang efektif tidak perlu diulas oleh sebuah buku. Guru manajeman terkenal, Peter Drucker, menjawabnya hanya dengan beberapa kalimat: "pondasi dari kepemimpinan yang efektif adalah berpikir berdasar misi organisasi, mendefinisikannya dan menegakkannya, secara jelas dan nyata.

PENDUDUK DAN KEMISKINAN


Kemiskinan bisa dikelompokan dalam dua kategori , yaitu Kemiskinan absolut danKemiskinan relatif. Kemiskinan absolut mengacu pada satu set standard yang konsisten , tidak terpengaruh oleh waktu dan tempat / negara. Sebuah contoh dari pengukuran absolut adalah persentase dari populasi yang makan dibawah jumlah yg cukup menopang kebutuhan tubuh manusia (kira kira 2000-2500 kalori per hari untuk laki laki dewasa).
Bank Dunia mendefinisikan Kemiskinan absolut sebagai hidup dg pendapatan dibawah USD$1/hari dan Kemiskinan menengah untuk pendapatan dibawah $2 per hari, dg batasan ini maka diperkiraan pada 2001 1,1 miliar orang didunia mengkonsumsi kurang dari $1/hari dan 2,7 miliar orang didunia mengkonsumsi kurang dari $2/hari."[1] Proporsi penduduk negara berkembang yang hidup dalam Kemiskinan ekstrem telah turun dari 28% pada 1990 menjadi 21% pada 2001.[1] Melihat pada periode 1981-2001, persentase dari penduduk dunia yang hidup dibawah garis kemiskinan $1 dolar/hari telah berkurang separuh. Tetapi , nilai dari $1 juga mengalami penurunan dalam kurun waktu tersebut.
Meskipun kemiskinan yang paling parah terdapat di dunia bekembang, ada bukti tentang kehadiran kemiskinan di setiap region. Di negara-negara maju, kondisi ini menghadirkan kaum tuna wisma yang berkelana ke sana kemari dan daerah pinggiran kota dan ghetto yang miskin. Kemiskinan dapat dilihat sebagai kondisi kolektif masyarakat miskin, atau kelompok orang-orang miskin, dan dalam pengertian ini keseluruhan negara kadang-kadang dianggap miskin. Untuk menghindari stigma ini, negara-negara ini biasanya disebut sebagai negara berkembang.

Penyebab kemiskinan

Kemiskinan banyak dihubungkan dengan:
§                     penyebab individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin;
§                     penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan keluarga;
§                     penyebab sub-budaya (subcultural), yang menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan sekitar;
§                     penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi;
§                     penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari struktur sosial.
Meskipun diterima luas bahwa kemiskinan dan pengangguran adalah sebagai akibat dari kemalasan, namun di Amerika Serikat (negara terkaya per kapita di dunia) misalnya memiliki jutaan masyarakat yang diistilahkan sebagai pekerja miskin; yaitu, orang yang tidak sejahteraatau rencana bantuan publik, namun masih gagal melewati atas garis kemiskinan.

Menghilangkan kemiskinan

Tanggapan utama terhadap kemiskinan adalah:
§                     Bantuan kemiskinan, atau membantu secara langsung kepada orang miskin. Ini telah menjadi bagian pendekatan dari masyarakat Eropa sejak zaman pertengahan.
§                     Bantuan terhadap keadaan individu. Banyak macam kebijakan yang dijalankan untuk mengubah situasi orang miskin berdasarkan perorangan, termasuk hukuman, pendidikan, kerja sosial, pencarian kerja, dan lain-lain.
§                     Persiapan bagi yang lemah. Daripada memberikan bantuan secara langsung kepada orang miskin, banyak negara sejahtera menyediakan bantuan untuk orang yang dikategorikan sebagai orang yang lebih mungkin miskin, seperti orang tua atau orang dengan ketidakmampuan, atau keadaan yang membuat orang miskin, seperti kebutuhan akan perawatan kesehatan.

IKLIM DAN GEOGRAFI
Indonesia mempunyai iklim tropik basah yang dipengaruhi oleh angin monsun barat dan monsun timur. Dari bulan November hingga Mei, angin bertiup dari arah Utara Barat Laut membawa banyak uap air dan hujan di kawasan Indonesia; dari Juni hingga Oktober angin bertiup dari Selatan Tenggara kering, membawa sedikit uap air. Suhu udara di dataran rendah Indonesia berkisar antara 23 derajat Celsius sampai 28 derajat Celsius sepanjang tahun.
Namun suhu juga sangat bevariasi; dari rata-rata mendekati 40 derajat Celsius pada musim kemarau di lembah Palu - Sulawesi dan di pulau Timor sampai di bawah 0 derajat Celsius di Pegunungan Jayawijaya - Irian. Terdapat salju abadi di puncak-puncak pegunungan di Irian: Puncak Trikora (Mt. Wilhelmina - 4730 m) dan Puncak Jaya (Mt. Carstenz, 5030 m).
Ada 2 musim di Indonesia yaitu musim hujan dan musim kemarau, pada beberapa tempat dikenal musim pancaroba, yaitu musim diantara perubahan kedua musim tersebut.
Curah hujan di Indonesia rata-rata 1.600 milimeter setahun, namun juga sangat bervariasi; dari lebih dari 7000 milimeter setahun sampai sekitar 500 milimeter setahun di daerah Palu dan Timor. Daerah yang curah hujannya rata-rata tinggi sepanjang tahun adalah Aceh, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Bengkulu, sebagian Jawa barat, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, Maluku Utara dan delta Mamberamo di Irian.
Setiap 3 sampai 5 tahun sekali sering terjadi El-Nino yaitu gejala penyimpangan cuaca yang menyebabkan musim kering yang panjang dan musim hujan yang singkat. Setelah El Nino biasanya diikuti oleh La Nina yang berakibat musim hujan yang lebat dan lebih panjang dari biasanya. Kekuatan El Nino berbeda-beda tergantung dari berbagai macam faktor, antara lain indeks Osilasi selatan atau Southern Oscillation.

Data-data geografis

Lokasi: Sebelah tenggara Asia, di Kepulauan Melayu antara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik.
Koordinat geografis: LU - 11°08'LS dan dari 95°'BT - 141°45'BT
Referensi peta: Asia Tenggara
Wilayah:
total darat: 1.922.570 km²
daratan non-air: 1.829.570 km²
daratan berair: 93.000 km²
lautan: 3.257.483 km²
Garis batas negara:
total: 2.830 km: Malaysia 1.782 km, Papua Nugini 820 km, Timor Leste 228 km
Negara tetangga yang tidak berbatasan darat: India di barat laut Aceh, Australia, Singapura, Filipina, Vietnam, Thailand, Brunei Darussalam,Kamboja, Thailand, Birma
Garis pantai: 54.716 km
Klaim kelautan: diukur dari garis dasar kepulauan yang diklaim
zona ekonomi khusus: 200 mil laut
laut yang merupakan wilayah negara: 12 mil laut
Cuaca: tropis; panas, lembab; sedikit lebih sejuk di dataran tinggi
Dataran: kebanyakan dataran rendah di pesisir; pulau-pulau yang lebih besar mempunyai pegunungan di pedalaman
Tertinggi & terendah:
titik terendah: Samudra Hindia 0 m
titik tertinggi: Puncak Jaya 5.030 m
Sumber daya alam: minyak tanah, kayu, gas alam, kuningan, timah, bauksit, tembaga, tanah yang subur, batu bara, emas, perak
Kegunaan tanah:
tanah yang subur: 9,9%
tanaman permanen: 7,2%
lainnya: 82,9% (perk. 1998)
Wilayah yang diairi: 48.150 km² (perk. 1998)
Lingkungan - masalah saat ini: penebangan hutan secara liar/pembalakan hutan; polusi air dari limbah industri dan pertambangan; polusi udara di daerak perkotaan (Jakarta merupakan kota dengan udara paling kotor ke 3 di dunia); asap dan kabut dari kebakaran hutan; kebakaran hutan permanen/tidak dapat dipadamkan; perambahan suaka alam/suaka margasatwa; perburuan liar, perdagangan dan pembasmian hewan liar yang dilindungi; penghancuran terumbu karang; pembuangan sampah B3/radioaktif dari negara maju; pembuangan sampah tanpa pemisahan/pengolahan; semburan lumpur liar di Sidoarjo, Jawa Timur.
Lingkungan - persetujuan internasional:
bagian dari: Biodiversitas, Perubahan Iklim, Desertifikasi, Spesies yang Terancam, Sampah Berbahaya, Hukum Laut, Larangan Ujicoba Nuklir, Perlindungan Lapisan Ozon, Polusi Kapal, Perkayuan Tropis 83, Perkayuan Tropis 94, Dataran basah
ditanda tangani, namun belum diratifikasi: Perubahan Iklim - Protokol Kyoto, Pelindungan Kehidupan Laut
Geografi - catatan: di kepulauan yang terdiri dari sekitar 17.504 pulau (6.000 dihuni); dilintasi katulistiwa; di sepanjang jalur pelayaran utama dari Samudra Hindia ke Samudra Pasifik
PEMERATAAN PEMBANGUNAN

Persoalan pemerataan pendapatan haruslah dilihat sebagai persoalan bagaimana memanfaatkan potensi-potensi yang terkandung dalam sumber daya manusia Indonesia dan persoalan bagaimana memanfaatkan potensi energi serta ketrampilan manusia Indonesia, di mana ketrampilan manusia Indonesia pada dasarnya dapat pula dipandang sebagai suatu bentuk energi.
Kita harus mengubah pandangan kita dari melihat masalah pemerataan pendapatan sebagai suatu problem sosial menjadi melihatnya sebagai masalah bagaimana memelihara, mengembangkan serta memanfaatkan potensi nasional yang selama ini belum kita gunakan secara wajar.
Dilihat dari sudut ini, maka persoalan pemerataan pendapatan di Indonesia pada dasarnya tidak berbeda dari persoalan mengembangkan, memelihara serta memanfaatkan suatu bentuk energi secara terarah pada sasaran-sasaran perjuangan Bangsa.
Persoalan Pemerataan
Persoalan pemerataan pendapatan haruslah dilihat sebagai persoalan bagaimana memanfaatkan potensi-potensi yang terkandung dalam sumber-sumber daya manusia Indonesia dan persoalan bagaimana memanfaatkan potensi-potensi energi serta ketrampilan manusia Indonesia, di mana ketrampilan manusia Indonesia pada dasarnya dapat pula dipandang sebagai suatu bentuk energi.
Kita harus mengubah pandangan kita dari melihat masalah pemerataan pendapatan sebagai suatu problem sosial menjadi melihatnya sebagai masalah bagaimana memelihara, mengembangkan serta memanfaatkan potensi nasional yang selama ini belum kita gunakan secara wajar.
Dalam pada itu, perlu ditambahkan di sini bahwa masalah pertahanan dan keamanan dimasukkan sebagai satu disiplin yang setaraf dengan kelompok-kelompok lainnya, karena keamanan merupakan suatu sasaran yang integral dari suatu masyarakat yang membangun. Suatu masyarakat yang membangun harus siap sedia setiap saat mempertahankan daerahnya dan masyarakat yang telah dibangunnya. Ini berarti bahwa persoalan pertahanan dan keamanan bukanlah persoalan Menteri saja tetapi adalah persoalan seluruh Bangsa Indonesia. Manusia hanya dapat membangun kalau keamanannya terjamin. Keamanan dapat dijamin kalau ketahanan nasional masyarakat tersebut kuat dan terjamin pula. Dan ketahanan nasional akan dapat tercapai kalau ketegangan sosial dapat dihilangkan melalui pemerataan pendapatan. Keamanannya tidak saja berarti keamanan terhadap serangan dari luar, ia dapat juga berarti gangguan dari dalam.
Tidak adanya pemerataan pembangunan dan pemerataan pendapatan akan mengganggu stabilitas pertahanan dan keamanan masyarakat tersebut yang merupakan persoalan yang datang dari dalam. Dari sini tampaklah secara jelas bahwa skenario perang di Indonesia ditentukan oleh keadaan sosial ekonomi dan falsafah, bangsa Indonesia yang hidup di wilayah Indonesia dengan keadaan alam dan lingkungannya. Skenario perang inilah yang menentukan sistem persenjataan yang dibutuhkan oleh suatu bangsa. Sistem ini harus dapat memecahkan persoalan yang berhubungan dengan persenjataan tersebut. Oleh karena itu pertahanan membutuhkan dasar sosial ekonomi dan falsafah sedangkan sarana dan peralatannya diperoleh dari sumber alam dan energi, industrialisasi dan kebutuhan dasar manusia.
Pengembangan Wilayah
Untuk mengatasi persoalan yang relatif rawan ini, perlu ditempuh langkah pengembangan wilayah. Dalam hu-bungan ini, pola pengembangan industri harus dibina serta pemikiran harus dimantapkan bahwa di Indonesia sumber daya manusia dan teknologi merupakan faktor produksi yang dapat dan harus dipindah-pindahkan sedangkan sumber daya energi serta sumber daya alam lainnya harus dikembangkan setempat sebagai landasan materi pembangunan, baik ditinjau sebagai kesatuan wilayah maupun ditinjau sebagai pembangunan secara nasional disebarkan ke wilayah-wilayah yang bukan merupakan faktor dominan.
Berlandaskan pada konsepsi tentang pola pengem-bangan wilayah sebagaimana digambarkan tersebut, maka lahirlah beberapa gagasan tentang kebijaksanaan pengembangan riset dan teknologi yang berorientasi pada pengembangan wilayah.
Pemerataan pendapatan tidak dapat dipisahkan dari pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam proses pembangunan, yang sebaliknya, tidak dapat dilepaskan dari perluasan kesempatan kerja. Dan perluasan kesempatan kerja tidak dapat dilepaskan dari teknologi dan peranannya dalam proses meningkatkan nilai tambah dan penurunan biaya tambah dalam peningkatan hasil produksi.
Membangun Kawasan Timur Indonesia harus dengan ilmu. Itu sekarang sudah menjadi isu terus menerus. Itulah salah satu sebab mengapa kita berada di sini dalam rapat Komisi DPR dan tidak henti-hentinya memikirkan jalan keluar yang baik. Saya setuju dengan pembangunan Kawasan Timur Indonesia tapi sementara ini tidak mungkin saya berikan jawaban secara mendetil, tetapi pendapat tentang hal itu sangat saya setujui. Perlu diketahui pada tahun yang lalu (1991) saya keliling Indonesia Bagian Timur untuk mendapatkan gambaran mengenai rencana itu.
Dan saya juga bermaksud untuk memberikan perhatian khusus, misalnya yang jelas perhatian terhadap daerah Membrano. Daerah Membrano adalah masa depan. Saya pernah menyebut Lebensraum dari bangsa Indonesia. Membrano di Irian Jaya sebesar Pulau Jawa dengan 4 Propinsi. Irian Jaya besarnya 3,5 kali daripada Jawa dan daerah Membrano adalah daerah yang dilalui Sungai Membrano yang panjangnya 600 KM dengan potensi jumlah listrik hidro setelah diukur melalui survey PLN adalah sekitar 6500 MGW, dan untuk itu kita sudah melakukan rapat sekali dengan Menteri Muda Pertanian dan satu kali dengan Menteri Kehutanan dan saya berjanji saya juga akan membicarakan hal ini dengan Menteri PU. Pelaksanaan pembangunan KTI akan dikoordinasi oleh Menneg Ristek, khususnya skenario megaproyek masa depan.
Sekarang ada juga yang bertanya untuk apa listrik sebanyak itu? Kita mempunyai dulu jaman batu, jaman perunggu, jaman besi, jaman baja dan sekarang kita memasuki jaman aluminium. Sekarang sudah dibuat kapal terbang dari aluminium, kereta api dari aluminium, kapal laut dari alumunium, gedung-gedung dan jembatan pun begitu juga, dan dinding pun dari alumunium, semua dari alumunium. Mengapa? Karena aluminium ringan dan kuat.
Tetapi aluminium hanya bisa dibuat dari alumina, dan alumina dibuat dari bauksit (campuran alumina dengan silikat dan sebagainya) dan bahan itu banyak sekali terdapat di Bintan dan Kalimantan dan juga di Indonesia Bagian Timur. Itulah antara lain sebabnya mengapa kita perlu membangun Kawasan Timur Indonesia.
Sasaran kita adalah meningkatkan nilai tambah dan me-ngurangi biaya tambah dengan mengusahakan perluasan kesempatan kerja yang sebesar-besarnya. Dengan cara inilah harus kita usahakan tercapainya pemerataan pendapatan yang diinginkan. Pemerataan pendapatan haruslah diusahakan melalui perluasan kesempatan kerja.
Tidak pada tempatnya mengusahakan pemerataan pendapatan dengan memberikan sedekah pada mereka yang kekurangan. Di samping akan mengalami kesukaran dalam menemukan kriteria yang tepat bagi yang paling berhak mendapatkan sedekah-sedekah itu, cara ini juga berten-tangan dengan harkat manusia yang mempunyai harga diri, yang ingin diberi balas jasa sesuai dengan nilai sumbangannya ke pada masyarakat, di mana yang lebih pandai dan yang lehih berguna bagi masyarakat sewajarnya mendapatkan bagian yang lebih banyak.
Niat memeratakan pendapatan melalui perluasan kesempatan kerja ini mempunyai suatu konsekuensi. Konsekuensinya adalah bahwa persoalan pemerataan pendapatan tidak dapat dilihat sebagai persoalan kesejahteraan sosial. Persoalan pemerataan pendapatan haruslah dilihat sebagai persoalan bagaimana memanfaatkan potensi-potensi yang terkandung dalam sumber-sumber daya manusia Indonesia dan persoalan bagaimana memanfaatkan potensi-potensi energi serta ketrampilan manusia Indonesia, di mana ketrampilan manusia Indonesia pada dasarnya dapat pula dipandang sebagai suatu bentuk energi.
Persoalan Pemanfaatan Energi
Dilihat dari sudut ini, maka persoalan pemerataan pendapatan di Indonesia pada dasarnya tidak berbeda dari persoalan mengembangkan, memelihara serta memanfaatkan suatu bentuk energi secara terarah pada sasaran-sasaran perjuangan Bangsa. Bedanya adalah bahwa pengembangan dan pemanfaatan bentuk energi manusia Indonesia harus memperhitungkan fakta bahwa sebagai makhluk Tuhan, ia mempunyai perasaan, ia mempunyai agama, ia mempunyai tradisi dan ia mempunyai kebudayaan.
Upaya peningkatan kesejahteraan ini dikejar seiring de-ngan usaha-usaha menerapkan pola-pola pemerataan pendapatan sesuai dengan konsep keadilan yang berlaku berdasarkan pemikiran bahwa pada prinsipnya semua manusia mengandung potensinya sendiri-sendiri yang perlu dikem- bangkan sehingga semua anggota masyarakat dapat ber-peran serta dalam proses peningkatan kemakmuran masyarakatnya sesuai dengan bakat dan kemampuannya. Di samping itu, semakin disadari bahwa ketimpangan-ketim- pangan dalam pembagian pendapatan merupakan sumber keresahan sosial yang akan mengganggu kestabilan kehidupan bermasyarakat dan kehidupan bernegara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar